Management Broiler

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Breeding Farm (Parent Stock)

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Day old Chick

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Vaksin in Hatchery

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Brooding Management

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Tampilkan postingan dengan label Penyakit Unggas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penyakit Unggas. Tampilkan semua postingan

Examination of the Exterior of the Bird

0 komentar

Examination of the Exterior of the Bird

1. Swollen head
2. Ammonia burn
3. Mouth lesion
4. Scratches
5. Burned feet
6. Color – pale legs

1. Swollen head

2. Ammonia burn, Conjunctivitis, Bacterial Infections

Ammonia Blindness

3. Mouth lesion

4. Scratches

Gangrenous Dermatitis

Infectious Process (IP)

5. Burned feet

6. Color – pale legs

Femoral Head Necrosis

Tibia
- Rickets
- TD

Synovitis
- Bacterial
- Mycoplasma

Examination of Hydration Status

1 komentar

Examination of Hydration Status

- Urates
- Muscle Color
- Shanks

Intestinal Integrity Score (I2)

0 komentar

Intestinal Integrity Score (I2)

Examination of the Intestine

0 komentar

Examination of the Intestine

1. Non-specific enteritis
2. Retained yolk
3. Internal Parasites

1. Non-specific enteritis

2. Retained yolk
Meckel’s Diverticulum

3. Internal Parasites

Where Coccidia Infect?

0 komentar

Where Coccidia Infect?

Eimeria acervulina

Eimeria maxima

Eimeria tenella

Proventriculus and Gizzard

1 komentar

Proventriculus and Gizzard

Proventriculitis
Gizzard erosions
Viral Disease
- VVND
- Gumboro
- HPAI

Proventriculitis

Litter Eaten

Gizzard Erosion

Examination of the Trachea

0 komentar

Examination of the Trachea

Tracheitis:
- Ammonia
- Dust
- Viral Diseases

Examination of the Eye

1 komentar

Examination of the Eye

- Ammonia Burns
- Conjunctivitis
- Bacterial Infections

Pengaruh sisa kuning telur belum terserap sempurna dan pusar tidak segera menutup

1 komentar

Pengaruh sisa kuning telur belum terserap sempurna dan pusar tidak segera menutup


Sisa kuning telur (yolk sacc) merupakan sumber nutrisi yang penting untuk perkembangan awal DOC serta sebagai sumber kekebalan (antibodi maternal). Akan tetapi di satu sisi, kuning telur juga merupakan media yang cocok untuk perkembangan mikroorganisme. Pada kondisi yang normal seharusnya kuning telur akan terserap habis sekitar umur 5-7 hari. Terhambatnya penyerapan kuning telur akan berpengaruh terhadap penyerapan antibodi maternal. Hal ini akan berpengaruh terhadap sistem pertahanan tubuh kurang bagus. Yang dikhawatirkan adalah ketika ada infeksi dari lapangan, maka DOC tidak memiliki pertahanan yang cukup untuk menetralkan bibit penyakit tersebut.

Pada saat chick in seharusnya pusar dalam kondisi menutup karena secara normal pusar DOC akan menutup beberapa jam setelah penetasan mengikuti penyerapan kuning telur. Tali pusar yang tidak segera menutup akan menyebabkan permasalahan lain yaitu terjadinya omphalitis. Adanya peradangan ini akan menyebabkan bibit penyakit mudah menginfeksi seperti Salmonella sp., Clostridium dan yang paling sering adalah infeksi bakteri Escherichia coli. Kejadian omphalitis ditandai dengan :
- Ayam cenderung bergerombol di bawah pemanas
- Ayam terlihat lemah, mengantuk dan perut menggembung serta penurunan nafsu makan dan minum
- Lembeknya jaringan sekitar pusar serta terkadang keluarnya cairan kuning telur dari pusar
- Peradangan pada pusar ditandai dengan warna kemerahan dan bengkak
- Kloaka menjadi kotor karena terkadang ayam menunjukkan gejala diare
- Kuning telur yang tidak terserap dan akan nampak material kuning telur yang mengeras (terjadi peritonitis)
- Dapat menyebabkan kematian tinggi

Yolk belum terserap sempurna dan mengalami kontaminasi

Black Navel (Pusar belum menutup sempurna)

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan absorbsi kuning telur diantaranya : stres, hatchery yang kurang higienis, rendahnya kelembaban dalam mesin tetas yang berakibat membran kerabang telur akan menjadi kering dan proporsi kerabang telur yang kering akan menarik pusar sehingga menyebabkan iritasi pada tali pusar sehingga pusar tidak dapat menutup secara sempurna.

Agar kuning telur dapat terserap dengan cepat maka perlu diperhatikan mulai ketika chick in. Pada saat chick in perlu dilakukan seleksi terhadap kualitas DOC. DOC dengan kualitas kurang bagus lebih baik dipisahkan karena hal tersebut bisa menjadi sumber penularan penyakit bagi ayam-ayam yang lain. Berikan pemanas yang cukup sehingga ayam tidak terlalu kedinginan serta hindari faktor penyebab stres.

Berikan antibiotik jika tali pusar DOC basah serta kualitas DOC yang kurang bagus guna mencegah terjadinya infeksi penyakit akibat kuman-kuman yang menempel melalui pusar. Dan sebaiknya dilanjutkan dengan pemberian multivitamin guna meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh ayam. Satu hal yang tidak boleh terlupakan, tetap perketat biosecurity guna meminimalkan bibit penyakit yang ada di lingkungan.

Bumble Foot

0 komentar

Penyakit Bumble Foot pada Ayam

Penyakit ini sangat sering di temukan di peternakan ayam breeder ataupun layer, karena penyakit bumble foot sering terjadi pada ayam yang sudah menginjak usia 25 minggu sampai 40 (tahap keganansan) karena pada usia ini sering terdapat ayam yang sudah terinfeksi bakteri, dan pada usia ayam menginjak 41 minggu sampai 65 minggu bisa di katakan 25 percent dari jumlah ayam sakit pada usia 25 minggu sampai 40 minggu.

Penyakit bumble foot dapat di kategorikan dalam 3 tahap:
1. tahap pertama, dikarenakan ayam atau pun burung lama bertengger di tenggeran yang tidak sesuai, yang akan mengakibatkan luka pada pad atau dampal kaki ayam, tanda kemerahan akan timbul dalam beberapa waktu kedepan, maka dengan memberikan cream pada kaki ayam adalah langkah paling baik pada masa itu.
2. tahap serius, pada tahap serius, bagian kaki ayam yang memerah warnanya akan semakin meluas, mengakibatkan ke tidak stabilan pada kaki ayam, untuk kategori ini bisa menggunakan antibiotik untuk pengobatan.
3. tahap fatal. dalam tahap ini, bumble foot dengan ukuran yang lebih besar bisa mengakibatkan ayam lumpuh dan jika tidak di tangani dari awal bisa mengakibatkan kematian.

Akibat dari penyakit bumble foot ini adalah
- Berat badan ayam akan drastis menurun pada saat satu sampai 2 minggu (terhitung dari terjangkit nya infeksi)
- Ayam akan hilang selera makan
- Kaki ayam tidak bisa berfungsi dengan baik (pincang) dan lambat laun ayam akan beralih ke ayam unproductive (ayam yang tidak bisa menghasilkan telur), karena ayam sakit dan jika tidak di rawat, maka ayam akan mati.

Ciri-Cirinya:
Pertama-tama kaki ayam pada bagian jari2 kaki terlihat warna memerah dan bila di pegang akan terasa sedikit panas, lambat laun kian hari kian membengkak dan masih terus berwarna merah, Setelah dalam hitungan 3 sampai 4 minggu (terhitung dari terjadinya infeksi) akan berubah menjadi gumpalan nanah dan akan semakin mengeras pada bagian telapak kaki ayam yang menghidap penyakit tsbt.

Pada dasarnya, jika ayam sudah menghidap penyakit jenis ini (bumble foot) dan sudah menyerang kaki ayam 90 % ayam tidak bisa di obati, paling bisa di culling.

Penanggulangan dari awal
Di karenakan jenis penyakit ini di sebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan infeksi pada bagian kaki, atau bakteri yang masuk dari bagian tubuh ayam yang terluka dan bakteri tersebut akan manyerang semua bagian persendian pada ayam tsb, maka kaki ayam yang menjadi sasaran utama,
Maka hindari ayam supaya tidak terluka (sebisa mungkin dan semampuh mungkin) seperti halnya di kandang yang menggunakan slat kayu, maupun bambu, atau kawat, maka jangan sampai ada bagian benda tajam di sekitar lahan yang di tempati oleh ayam, walaupun penyakit ini mungkin terjadi pada genetik ayam indukan sebelumnya, maka tidak ada salahnya untuk mengantisipasi terjadi nya kesalahan pada persekitaran kandang, misalnya paku yang ada di kayu menonjol keluar, dan sebisa mungkin jangan sampai terjadi agar kaki ayam tidak terluka oleh bagian paku yang keras, atau benda tajam lainnya yang mungkin di kandang ada benda keras lainnya.
Karena penyakit ini tidak terjadi pada saat ayam terluka, tetapi akan terjadi setelah beberapa minggu kedepan, maka benda tajam-lah musuh utama disini.
Jika di kandang menggunakan serbuk gergaji untuk alas (sebagai pengganti sekam) maka teliti lebih awal atau periksa kualitas serbuk gergaji tersebut, jangan sampai banyak potongan kayu kecil yang tajam (apalagi yang besar) walaupun sebesar tusuk gigi misalnya, itu juga sangat membahayakan. Jika tubuh atau kaki ayam terluka oleh benda tajam tersebut, maka tubuh ayam sudah terbuka untuk bakteri yang jumlahnya tidak terhitung di kawasan kandang tersebut, maka dengan satu kesempatan saja dan jika kondisi kekebalan tubuh ayam menurun, terjadinya infeksi akan sangat cepat.

Perawatan
Jika terjadi penyakit ini di kandang, dan kebetulan masih dalam tahap awal, atau tahap memerah nya kaki ayam, maka lebih baik anda memisahkan ayam yang sakit tersebut ke pen atau kandang terpisah untuk karantina semantara.

Ketika ayam sudah di pisahkan pada kandang karantina, lakukan lah penyuntikan secara berkala, atau setiap hari selama satu minggu (7hari), kemudian istirahatkan selama (7hari) dan ulangi penyuntikan antibiotik selama 7hari. untuk antibiotik, anda bisa mencari nya di poultry shop terdekat, misalnya bisa menggunakan tinisol, gentamicyn, medoxyl LA, Penstrep atau pun antibiotik sejenis nya,

Untuk penyuntikan, jika menggunakan Gentamicyn, maka bisa juga menggunakan Gentamicyn (disuntik di dada sebelah kanan) dan B-Komplek (digunakan sebelah kiri) selama 7 hari, untuk mengurangi tingkat stress dan meningkatkan kondisi kekebalan ayam tersebut

IMMUNOSUPPRESSIVE

0 komentar

IMMUNOSUPPRESSIVE

Immunosuppression atau imunosupresi dapat dimaknai sebagai suatu perubahan reaksi kekebalan dalam keadaan negatif sehingga respon tubuh ternak terhadap masuknya benda asing menjadi berkurang atau bisa menjadi pemicu serangan berbagai penyakit ke dalam tubuh ternak. Ketika imunosupresi menyerang ayam maka akan menyebabkan 2 kerugian sekaligus, yaitu kerugian karena faktor/agen immunosuppressive_ yang disebut immunosuppressant_dan agen penyakit lainnya yang menjadi lebih mudah masuk ke dalam tubuh ayam. Kondisi ayam ini dapat diibaratkan, ayam sudah “jatuh” masih harus menanggung rasa sakit karena tertimpa “tangga”. Meskipun demikian, perhatian peternak terhadap penyakit imunosupresi tidaklah sebesar pada penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi. Oleh karena itu, dengan artikel ini semoga kita semakin paham dan mengerti tentang imunosupresi.

Mekanisme Imunosupresi
Terjadinya imunosupresi akan ditunjukkan dengan adanya hambatan atau gangguan pada satu atau lebih komponen sistem kekebalan tubuh. Mekanisme terjadinya imunosupresi biasanya terjadi melalui 3 mekanisme yaitu :
•Secara langsung mengganggu fungsi sistem kekebalan atau merusak organ dan kelenjar limfoid primer (bursa Fabricius dan thymus) sekaligus organ/kelenjar limfoid sekunder (limfa, proventrikulus, seka tonsil dll). Mekanisme ini biasanya disebabkan serangan Gumboro, Marek’s, reovirus, limfoid leukosis dan aspergilosis

•Merusak atau mengganggu fungsi dan sistem pertahanan yang bersifat sekunder (limfa, proventrikulus, seka tonsil, sel harderian) karena serangan penyakit swolen head syndrome, kolera, ILT dan snot (korisa)

•Menguras zat kebal (antibodi) tubuh yang telah terbentuk dari hasil vaksinasi, yang disebabkan serangan koksidiosis

Bursa Fabricius (salah satu organ limfoid primer) yang mengecil (atropi) akibat terinfeksi virus Gumboro merupakan salah satu gejala spesifik adanya kasus imunosupresi

Secara umum adanya imunosupresi ditunjukkan dari adanya :
•Gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti adanya kegagalan vaksinasi (meskipun vaksin yang digunakan berkualitas dan tata laksana vaksinasi telah dilakukan dengan tepat), reaksi post vaksinasi meningkat (contoh ayam nampak bersin-bersin dan muncul gejala gangguan lainnya setelah vaksinasi ND), turun atau hilangnya keampuhan pengobatan bahkan meningkatnya kasus penyakit yang tidak umum, seperti gangrenous dermatitis, aplastic anemia atau inclusion body hepatitis

•Meningkatnya penyakit yang menyerang saluran/sistem pernapasan yang diikuti infeksi sekunder oleh bakteri

Gejala spesifik atau khusus dari munculnya imunosupresi ditunjukkan dengan adanya kerusakan atau gangguan fungsi sel atau organ yang penting dalam sistem kekebalan (sistem imunologi) tubuh. Organ tubuh yang penting dalam sistem imunologi ialah bursa Fabricius dan thymus. Kerusakan kedua organ ini akan mengakibatkan menipisnya atau hilangnya sel limfoid. Selain itu, jaringan dan organ yang meliputi hati, limfa, sumsum tulang, kumpulan sel limfoid mempunyai peranan yang penting dalam memelihara respon sistem kekebalan tubuh ayam. Oleh karena itulah, saat terserang imunosupresi daya tahan tubuh ayam terhadap serangan penyakit menjadi lemah dan respon vaksinasi menjadi kurang optimal.

Secara keseluruhan, saat ayam terserang imunosupresi produktivitas ayam menjadi tidak optimal, yaitu :
•Berat badan rendah (di bawah standar) dan pertumbuhan tidak merata
•Produksi telur cenderung berfluktuasi dan sulit mencapai puncak produksi
•Mortalitas cenderung tinggi bila terjadi infeksi penyakit
•Feed conversion ratio (FCR) mengalami peningkatan

Pencegahan dan Penanganan

Teknik yang tepat untuk mencegah dan menangani munculnya imunosupresi tergantung dari agen imunosupresannya. Namun pada intinya ialah menghilangkan atau menekan agen imunosupresan yang ada disekitar ayam, melalui :
•Menerapkan konsep biosecurity secara ketat dan tepat. Lakukan desinfeksi kandang secara rutin, minimal sekali seminggu. Cuci tempat ransum dan air minum setiap hari dan lakukan desinfeksi setiap 3-4 hari dengan cara direndam dalam larutan Medisep selama 30 menit. Desinfeksi air minum dengan memakai Antisep, Neo Antisep atau Medisep

•Terapkan tata laksana pemeliharaan yang baik. Pastikan kondisi kandang nyaman untuk ditempati ayam. Perhatikan kondisi ventilasi udara, suhu maupun kelembaban kandang. Atur kepadatan kandang dan pastikan distribusi dan jumlah tempat ransum dan air minum sesuai dengan populasi ayam

•Lakukan vaksinasi sesuai dengan kasus penyakit yang menyerang. Sesuaikan waktu vaksinasi dengan waktu serangan penyakit. Berikan perhatian lebih pada penyakit-penyakit yang menimbulkan imunosupresi, seperti Gumboro. Perhatikan kualitas vaksin dan lakukan tata laksana vaksinasi secara tepat

•Sebelum vaksinasi, bisa diberikan obat. Hanya saja yang perlu diperhatikan ialah obat diberikan sesuai dosis dan aturan pakai

•Berikan ransum dan air minum yang berkualitas. Pastikan ransum tidak menggumpal atau ditumbuhi jamur. Simpan ransum pada tempat yang tidak lembab dan berikan alas pada tumpukan ransum. Lakukan uji kualias secara rutin atau saat terjadi pergantian suplier. Berikan feed supplement dengan kandungan vitamin, mineral dan asam amino untuk mendukung stamina tubuh ayam tetap optimal.

Saat terjadi serangan penyakit imunosupresi, beberapa hal yang dapat dilakukan :
•Hilangkan atau tekan faktor yang menyebabkan imunosupresi
•Berikan vitamin, elektrolit dan asam amino untuk meningkatkan stamina tubuh ayam. Pada kasus Gumboro berikan air minum plus gula (2-5%) untuk meningkatkan stamina tubuh ayam
•Jika diperlukan dapat diberikan obat untuk menekan adanya infeksi sekunder oleh bakteri. Hanya saja yang perlu kita ingat bersama, dosis dan aturan pakai pemberian obat harus disesuaikan dengan yang tertera di kemasan produk
Imunosupresi dapat menimbulkan kerugian yang besar, baik yang disebabkan oleh agen imunosupresan maupun agen penyakit lain yang menjadi lebih mudah menyerang ayam. Berikan perhatian yang lebih pada setiap faktor dan agen imunosupresi.

Snot (Coryza) pada Ayam Layer

0 komentar

Snot (Coryza) pada ayam layer

Etiologi
Penyakit Snot atau coryza disebabkan oleh bakteri Haemophillus gallinarum.

Kejadian penyakit
Penyakit Snot dapat menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam, biasanya penyakit ini muncul akibat adanya perubahan musim dan banyak ditemukan di daerah tropis. Perubahan musim biasanya akan mempengaruhi kesehatan ayam. Angka morbiditas kawanan unggas bervariasi antara 1-30%. Mortalitas atau Angka kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ini mencapai 30%.

Cara penularan
Bakteri Haemophillus gallinarum hanya dapat bertahan diluar diinduk semang tidak lebih dari lebih dari 12 jam. Penularan penyakit Snot atau coryza dapat melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit juga dapat melalui udara, debu, pakan, air minum, petugas kandang dan peralatan yang digunakan.

Gejala klinis
Ayam yang secara klinis telah terinfeksi menunjukkan gejala sebagai berikut
- pengeluaran cairan air mata
- ayam terlihat mengantuk dengan sayapnya turun atau menggantung
- keluar lendir dari hidung, kental berwarna kekuningan dan berbau khas
- Pembengkakan didaerah sinus infra orbital
- terdapat kerak dihidung
- napsu makan
- ayam mengorok dan sukar bernapas
- pertumbuhan menjadi lambat.

Perubahan patologi
Pada kasus akut dijumpai konjungtivitis berat dan peradangan pada pinggir kelopak mata (periorbital fascia).
Pada kasus kronis dijumpai sinusitis yang bersifat serosa sampai kaseosa.

Diagnosis
Bakteri Haemophillus gallinarum dapat diisolasi dari swab sinus ayam yang menderita penyakit akut.
Isolasi laboratorium dapat dilakukan dengan menggunakan plat agar darah yang telah digores staphylococcus sp dan diinkubasi dalam suasa anaerob.

Diferential diagnosa
Diagnnosa banding dari penyakit coryza adalah Mikoplasmosis atau Chronic Respiratory Disease (CRD) dan Infectious Laryngotracheitis (ILT)

Pengobatan
Pengobatan penyakit snot pada unggas adalah dengan pemberian preparat sulfat seperti sulfadimethoxine atau sulfathiazole. Pemberian sulfonamida dapat dikombinasikan dengan tetrasiklin untuk mengobati coryza dan dapat diberikan melalui air minum atau disuntikkan secara intramuskular. Perhatikan withdrawal time pada ayam petelur karena obat tersebut dapat mengkontaminasi telur dan kualitas dari kerabang telur.

Pengendalian
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan dengan baik. Kandang sebaiknya terkena sinar matahari langsung sehingga mengurangi kelembaban. Kandang yang lembab dan basah memudahkan timbulnya penyakit ini.

Penyakit Marek's pada Layer

0 komentar

Penyakit marek's pada Layer

Etiologi
Marek's pada unggas disebabkan oleh Virus herpes onkogenik

Kejadian dan kepentingan ekonomis
penyakit marek tersebar luas diseluruh dunia dan menyerang ayam pada umur 5-35 minggu.
penyakit ini disebabkan oleh galur virus yang sangat patogenik (vvMD) yang bertanggung jawab terhadap wabah akut dengan angka kematian hingga 50%, terutama pada ayam tertular dan tidak dikebalkan hingga umur 60 minggu.
virus penyakit marek bertanggung jawab terhadap pembentukan tumor syaraf(neural)dan organ dalam (viseral). Agennya bersifat imunosupresif dan ayam-ayam yang terkena penyakit ini peka terhadap berbagai infeksi virus dan bakteri.

Cara penularan
penularan virus marek terjadi secara horizontal. Virus ini tahan terhadap pengaruh lingkungan dan dapat bertahan hidup sangat lama didalam kandang, terutama apabila pembersihan kandang (dekontaminasi) setiap siklus produksi tidak dilaksanakan
ayam-ayam yang terinfeksi akan melepaskan debu dari bulu yang tercemar virus dan disebarkan oleh angin, peralatan dan petugas kandang
Gejala klinis
apabila menyerang syaraf perifer akan terjadi paresis (kelemahan) pada kaki atau sayap yang berlanjut menjadi paralisis

Perubahan patologi
pembesaran folikel bulu akan terlihat pada kulit ayam pedaging yang sudah dicabut bulu dan diAmerika serikat Kanada dan Eropa, hal ini mengakibatkan pengafkiran daging ayam tersebut.
lesi karakteristik meliputi pembesaran syaraf perifer dari plexus sendi paha dan sendi lengan (plexus ischiadicus dan brachialis)
kadang dijumpai pula lesi viseral dan ginjal mata lambung kelenjar dan organ lainnya dapat terkena. Selain itu juga biasanya dapat dijumpai adanya perubahan pada pupil mata yang sering disebut dengan gray eye


Diagnosa
penampakan umum dari lesi syaraf biasanya menciri pada penyakit marek.
pemeriksaan histologis syaraf dan lesi viseral akan menunjukkan proliferasi limfosit yang karakteristik
virus penyebabnya dapat diisolasi dan diidentifikasi dengan mengirimkan jaringan yang terinfeksi ke laboratorium yang diperlengkapi dengan teknik pembiakan jaringan spesifik

Pencegahan
dengan melakukan vaksinasi marek's, sedangkan bagi para peternakan melakukan sistem all in all out

Eimeria yang sering menyerang unggas

0 komentar

Eimeria yang sering menyerang unggas

Eimeria merupakan protozoa yang pada unggas dapat menyebabkan penyakit koksidiosis . Ada 4 jenis eimeria yang sering menyerang unggas antara lain:
1. Eimeria acervulina
- Lokasi: usus halus bagian atas.
- Tidak terlalu patogen
- Koksidiosis subklinis
- Menyebabkan penurunan berat badan, peningkatan FCR, penyerapan nutrient tidak optimal
- Usus menebal

2. Eimeria maxima
- Lokasi: usus halus bagian tengah
- Angka kesakitan tinggi, dan kadang kematian juga tinggi.
- Menyebabkan koksidiosis yang bersifat subklinis ditandai dengan penurunan berat badan
- Usus halus menebal dengan eksudat mukoid dan kadang ada sedikit darah (pink exudate mucoid).
- Pada infeksi yang berat kadang terjadi haemoragi.
- Feces mukoid seperti pada (Eimeria acervulina dan Eimeria mivati).

3. Eimeria necatrix
- Lokasi: usus halus
- Skizogoni di usus halus, gametogoni di sekum
- Sangat patogen dan menyebabkan kematian tinggi.
- Hemoragi pada usus halus karena penetrasi skizon ke daerah subepithel, terlihat usus melembung berisi darah
- White spots (koloni skizon) ditemukan di dinding usus.
- Oosista ditemukan di sekum, meskipun lesi tidak ada.
- Ditemukan banyak skizon pada pemeriksaan kerokan usus halus.
- Biasa terjadi pada ayam yang lebih tua.

4. Eimeria tenella
- Lokasi: sekum
- Sangat patogen, infeksi yang berat menyebabkan diare berdarah dengan angka
- kesakitan dan kematian tinggi (terutama Ayam muda atau koksidiosis akut).
- Post mortum: sekum membesar berisi darah.
- Skizon generasi II dan merozoit dapat terlihat pada pemeriksaan kerokan mukosa sekum.
- Sekal core pada sekum karena guguran jaringan nekrosis.
- Gametosit dan oosista mungkin dapat ditemukan pada sekum selama stadium kesembuhan.

Cacar unggas (Avian Pox)

0 komentar

Cacar unggas (Avian Pox)

Etiologi
Avian pox mempunyai daya sebar yang relatif lambat. Avian pox memiliki 3 tipe yaitu: fowl pox virus (virus cacar pada unggas), pigeon pox virus (virus cacar pada burung dara) dan canary pox virus (virus cacar pada burung kenari). Biasanya cacar pada ayam disebabkan oleh fowl pox virus.

Penularan
Virus Avian Pox ditularkan oleh nyamuk, nyamuk ini akan membawa virus yang infeksius ini setelah nyamuk tersebut menggigit unggas yang terinfeksi. . Virus ini dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara langsung dapat melalui kontak dengan ayam yang sakit dengan ayam yang sehat.
Meskipun fowl pox penyebarannya relatif lambat, kawanan unggas ini dapat berpengaruh selama beberapa bulan. Perjalanan penyakit ini memerlukan waktu sekitar 3-5 minggu.

Gejala klinis
-Lesi fokal berwarna merah jambu terlihat pada jengger (balung) dan pial serta bagian tubuh lainnya yang tidak berbulu. Lesi ini berdiameter 0,5 sampai 1mm, berwarna hitam seperti kudis, yang akan terus bertahan sampai 2minggu dan diikuti oleh pengelupasan dan kesembuhan.
-Suara nafas abnormal akan terdengar terutama apabila ayam tersebut dipelihara dengan ventilasi kurang optimal.
-pertumbuhan yang lambat pada unggas muda
-penurunan produksi telur pada ayam layer (petelur)

Pencegahan
Langkah pencegahan yang utama adalah memberikan vaksinasi pada ayam. Pemberian vaksinasi via perkutan pada sayap dengan jarum khusus.
Dipeternakan pada kawanan ayam menderita mikoplasmosis yang ditularkan secara vertikal, reaksi vaksin yang kurang baik dapat dihindari dengan pemberian vaksin pox burung merpati.

Berak Kapur atau Pullorum

0 komentar

Berak Kapur atau Pullorum pada unggas

Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak kapur (Bacilary White Diarrhea= BWD). Penyakit ini menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari. Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun, puyuh, merpati, beberapa burung liar.

Etiologi
Pullorum atau Berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan bakteri gram negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun.
Kejadian penyakit
Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau angka kematian dapat mencapai 85%.

Cara penularan
Penularan penyakit Pullorum dapat melalui 2 jalan yaitu:
-Secara vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur.
-Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang yang terkontaminasi.

Gejala klinis
- napsu makan menurun
- feses (kotoran) kotoran berwarna putih seperti kapur
- Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih
- kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah keringkering
- jengger berwarna keabuan
- mata menutup dan nafsu makan turun
- badan anak ayam menjadi lemas
- sayap menggantung dan kusam
- lumpuh karena artritis
- suka bergerombol

Perubahan patologi
Pada kasus yang akut sering dijumpai pembesaran pada ahati dan limpa dan kadang kadang sering diikuti omfalitis.
Pada kasus kronis dijumpai abses pada organ dalam dan adanya radang pada usus buntu (tiflitis kaseosa) yang ditandai adanya bentuk berwarna abu-abu didalam usus buntu.

Diagnosis
Isolasi dan identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati, usus maupun kuning telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium.
Ayam karier yang sudah sembuh dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah secara cepat (rapid whole blood plate aglutination test).

Pengobatan
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Obat-obatan ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat menghilangkan infeksi penyakit tersebut.
Sebaiknya ayam yang terserang dimusnahkan untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.

Pencegahan
- Ayam yang dibeli dari distributor penetasan atau suplier harus memiliki sertifikat bebas salmonella pullorum.
- Melakukan desinfeksi pada kandang dengan formaldehyde 40%.
- Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.

Infectious Laryngotracheitis (ILT)

0 komentar

Infectious Laryngotracheitis (ILT) pada Unggas

Infectious Laryngotracheitis (ILT) merupakan penyakit kontagius pada saluran pernafasan yang dicirikan dengan kesulitan bernafas, menjulurkan leher karena kesulitan bernafas, konjungtivitis, adanya inflamasi yang mengelilingi membran mata.

Etiologi
Disebabkan oleh Herpes virus, yang mampu hidup 8-10 hari pada leleran, lebih dari 70 hari didalam karkas, kemudian dapat hidup lebih dari 80 hari pada eksudat (trachea atau saluran pernafasan) dalam kondisi alami. Penyakit ini berlangsung selama 2-6 minggu dalam flok, dan lebih lama dibandingkan penyakit respirasi viral yang lainnya.

Penyakit ini sangat penting karena:
- Angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi pada satu flok.
- Menyebabkan kerugian ekonomi.
- Tidak dapat diobati
- Penyakit ini dapat dicegah, tetrapi dapat menimbulkan ayam carier bagi yang sudah pernah terinfeksi.

Penyakit ini tidak menular pada manusia dan kejadian paling sering terjadi pada ayam. namun dapat pula menginfeksi kalkun, burung unta dan unggas lainnya. Burung liar dapat berperan sebagai carier.

Penularan
Virus Infectious Laryngotracheitis (ILT) ditularkan melalui saluran pernafasan dan dapat menular melalui udara secara kontak langsung antar burung misalnya dalam satu kandang. Virus masuk dan menginfeksi burung melalui mata, hidung atau mulut. Mukus dan darah yang mengandung virus dapat keluar melalui batuk dan menyebarkan penyakit. Masa inkubasinya 6-12 hari. Kejadian outbreak dapat dikarenakan lalu lintas unggas, pekerja dan alat-alat kandang, dan kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadinya penyebaran.

Gejala Klinis
- Dyspnoe
- rinitis
- penurunan produksi telur dan daging
- kadang kadang mengalami pneumonia atau bronkhopneumonia
- mortalitas mencapai 50%
Trachea haemorrhage (terutama pada percabangan antara laring dgn trachea)

Diagnosa
Pada penyakit yang akut dicirikan dari gejala klinis dan penemuan darah, mukus, dan eksudat kaseosa pada trachea. Secara mikroskopik ditandai dengan desquamative dan nekrotic tracheitis. Diagnosa mungkin dapat diperkuat dengan ditemukannya inclusion body intramuclear pada epitel trachea, isolasi dan identifikasi virus secara spesifik dengan chicken embryo dan kultur jaringan atau dengan inokulasi pada sinus intraorbital untuk mengetahui imunitasnya. Spesimen dapat pula diinokulasi pada membran chorioallantois pada telur ayam berembrio Pemeriksaan mikroskopiknya pada lesi membran chorioallantois terdapat inclusion body intranuclear. Dapat dibedakan dengan Fowlpox pada lesi trachea dan inclusion bodynya berupa inclusion body intracytoplasmic. Diagnosa dapat pula dilakukan dengan PCR.

Diferensial diagnosa
- Infectious Bronchitis
- Newcastle Disease
- Mycoplasmosis
- Avian coryza

Pencegahan
- Meminimalisir kotoran dan debu
- Penggunaan mild expectorants
- Vaksinasi baik secara eye drop, spray maupun lewat air minum.

Berak Darah (Koksidiosis)

0 komentar

Berak Darah (Koksidiosis) pada unggas

Etiologi
Berak darah atau sering disebut dengan koksidiosis disebabkan oleh protozoa dari genus Eimeria.
Ada 4 tipe dari eimeria yang sering menyerang unggas yaitu
1. Eimeria tenella
2. Eimeria necatrix
3. Eimeria acervulina
4. Eimeria maxima

Faktor predisposisi
Koksidiosis juga menyebabkan immunosupresif
Kasus Mareks , pemakaian anti koksidia, menyebabkan interferensi terhadap imunitas koksidia.
Kasus IBD (infectius bursal disease) dapat memperparah kejadian koksidiosis.
stress yang disebabkan ketika vaksinasi, potong paruh, panas, perubahan pakan.

Cara penularan
Siklus hidup dari eimeria secara langsung yaitu tanpa melalui hewan lain untuk menularkan penyakit ini.
Ookista yang bersporulasi merupakan stadium infektif dari siklus hidup penyakit koksidia. Ookista dapat juga ditularkan secara mekanik melalui pekerja kandang, peralatan yang tercemar atau dalam beberapa kasus yang pernah terjadi dapat disebarkan melalui debu kandang dan litter dalam jangkauan pendek.
Berat tidaknya penyakit ini tergantung dari jumlah protozoa yang termakan
Berdasarkan tingkat keparahannya penyakit koksidiosis atau berak darah dibagi menjadi 2 yaitu:
- Koksidiosis klinis (Eimeria tenella dan Eimeria necatrix)
- Koksidiosis subklinis (Eimeria maxima dan Eimeria acervulina).

Gejala umum:
- Ayam lesu
- lemah
- Tidak mau makan
- Pertumbuhan terhambat
- Bulu kusam dan berdiri
- Ayam yang terinfeksi koksidiosis senang bergerombol di sudut-sudut kandang.
- Diare mukoid sampai berdarah
- Kematian

Diagnosis
- Diagnosis untuk penyakit koksidiosis berdasarkan Gejala klinis yang ditimbulkan (lemah, lesu, tidak mau makan, diare mukoid sampai berdarah).
- Dengan pemeriksaan feces akan ditemukan stadium oosista.
- Perubahan post mortum (lokasi lesi, tergantung spesiesnya).
- Pemeriksaan kerokan mukosa usus yang mengalami lesi (skizon: usus tengah patognomonik untuk Eimeria necatrix sedang pada sekum: Eimeria tenella )
- Pembuatan preparat histologi untuk menemukan berbagai stadium Eimeria.

Pengobatan
- Pemberian larutan amprolium atau sulfonamida dalam air minum
- Pemberian air yang dapat mensuspensi suplemen vitamin A dan K dapat mempercepat proses penyembuhan

Pencegahan
- Control ditujukan untuk pencegahan terhadap koksidiosis dengan koksidiostat dalam pakan karena pengobatan setelah gejala klinis muncul akan terlambat.
- Perbaikan menejemen kandang.
- Pemberian vaksin coccidia (baik melalui pakan maupun air minum).

Yang perlu diperhatikan bagi pemilik unggas:
- Antikoksidia tidak boleh diberikan untuk ayam petelur.
- Penggunaan dosis harus tepat, dosis yang terlalu tinggi dari dosis yang
- direkomendasikan menimbulkan efek: menghambat pertumbuhan, toksisitas pada layer, berinteraksi dengan mineral, immunosupresif.
- Dosis yang tidak tepat juga menyebabkan resistensi koksi terhadap obat-obat tertentu.
- Penggunaan antikoksidia perlu dirotasi.

ascariasis

0 komentar

ascariasis pada unggas

Cacing secara alami sering ditemukan pada berbagai unggas liar maupun unggas peliharaan. Pada unggas terdapat dua golongan utama cacing yaitu Nematoda (cacing gilig) dan Cestoda (cacing pipih). Nematoda termasuk kelompok parasit yang terpenting pada unggas sehubungan dengan kerusakan yang ditimbulkan. Kelompok cacing ini memiliki siklus hidup langsung tanpa membutuhkan hospes intermediar.
Nematoda disebut juga cacing gilig karena bentuknya bulat, tidak bersegmen dan dilengkapi dengan kutikula yang halus. Nematoda yang mempunyai siklus hidup langsung melewati 4 tahap perkembangan sebelum dewasa. Nematoda dewasa yang hidup dalam tubuh unggas yang terinfeksi akan menghasilkan telur yang dikeluarkan bersama feses. Didalam lingkungan, jika telur berembrio ditelan oleh ayam maka telur akan menetas didalam proventriculus hospes dan berkembang menjadi larva yang akan tumbuh menjadi cacing dewasa didalam tubuh hospes.

Etiologi
Infeksi Ascaridia disebabkan oleh Ascaridia galli , Ascaridia dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae dan Ascaridia bonase. Ascaridia galli selain berparasit pada ayam juga pada kalkun, burung dara, itik dan angsa. Ascaridia galli merupakan cacing yang sering ditemukan pada unggas dan menimbulkan kerugian ekonomik yang tinggi karena menimbulkan kerusakan yang parah selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva. Migrasi terjadi dalam lapisan mukosa usus dan menyebabkan pendarahan, apabila lesi yang ditimbulkan parah maka kinerja ayam akan turun drastic. Ayam yang terserang akan mengalami gangguan proses digesti dan penyerapan nutrient sehingga dapat menghambat pertumbuhan.

Siklus Hidup
Siklus hidup Ascaridia galli tidak memerlukan hospes intermediar, penularan melalui pakan, air minum, litter, atau bahan lain yang tercemar oleh feses yang mengandung telur infektif.

Patogenesis dan Gejalanya
Ayam muda lebih sensitif terhadap kerusakan yang ditimbulkan Ascaridia galli. Sejumlah kecil cacing Ascaridia galli yang berparasit pada ayam dewasa biasanya dapat ditolerir tanpa adnya kerusakan tertentu pada usus. Infeksi Ascaridia galli dapat menimbulkan penurunan berat badan, pada kondisi yang berat dapat terjadi penyumbatan pada usus. Ayam yang terinfeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan, dan peningkatan mortalitas.
Umur hospes dan derajat keparahan infeksi oleh Ascaridia galli memegang peranan penting dalam kekebalan terhadap cacing tersebut.
Ascaris pada intestine

Diferential diagnosa
-defisiensi nutrisi

Pengobatan
Obat anti cacing yang paling sering digunakan untuk membasmi Ascaridia galli adalah piperazin. Piperazin memiliki efek narkotika sehingga cacing dapat dikeluarkan dalam keadaan hidup oleh adanya peristaltic usus. Pengobatan pencegahan pada pullet biasanya diberikan sekitar umur 5 minggu yang diulang pada interval 4 minggu sampai ayam mencapai umur 21 minggu. Pemberian vitamin A selama 5 – 7 hari dapat membantu kesembuhan mukosa usus yang rusak akibat cacing tersebut.

Pengendalian dan Pencegahan
Lalat dapat bertindak sebagai factor mekanik dari telur Ascaridia galli , maka pengendalian terbaik adalah kombinasi antara pengobatan preventif dan manajemen yang optimal meliputi sanitasi atau desinfeksi ketat dan pembasmian lalat

Pasteurellosis atau Kolera

0 komentar

Pasteurellosis atau Kolera unggas

Kejadian penyakit
Penyakit Pasteurellosis (Kolera unggas) biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Penyakit ini menyerang ayam petelur dan pedaging. Bakteri ini menyerang pernapasan dan pencernaan. Serangan penyakit ini bisa bersifat akut atau kronis. Ayam yang terserang penyakit kolera akan mengalami penurunan produktivitas dan bahkan menyebabkan kematian pada unggas

Cara penularan
Infeksi kolera terjadi setelah ada kontak langsung antara ayam yang peka dengan ayam yang sakit atau karier yang telah sembuh. Kolera juga dapat ditularkan melalui pakan, minuman, peralatan, petugas kandang, tanah maupun hewan pengerat atau burung liar.

Gejala klinis
Pada gejala akut tidak teramati sehingga ayam atau unggas tersebut dapat terjadi kematian secara tiba-tiba.
Gejala pada serangan kronis
-ayam suka menggeleng-gelengkan kepala
-Pembengkakan pada pial dan jengger serta kepala berwarna kebiruan
-napsu makan berkurang
-sesak napas
-mencret atau diare dengan warna kotoran berwarna kuning, coklat atau hijau berlendir dan berbau busuk
-kaki mengalami tortikolis yang disebabkan oleh otitis interna

Perubahan patologi
Pada kasus akut akan terlihat pembengkakan limpa dan hati dengan pendarahan berbintik pada organ dalam termasuk jantung. Pada kasus subakut akan terlihat fokal granulomatosa berwarna kelabu pada hati atau nekrosis pada hati. Sellulitis kaseosa pada pial dan artritis seropurulen akan terlihat pada kasus kronis.
Liver nekrosis

Diagnosis
pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengidentifikasi Pasteurella multocida dari spesimen darah jantung, hati dan limpa. Pengecatan giemza akan teramati organisme bipolar tipikal.

Pengobatan
Pengobatan penyakit kolera (Pasteurellosis) dapat dilakukan dengan pemberian preparat sulfat atau antibiotic.
Pemberian Sulphachloropyridazine & trimethoprim akan menekan gejala klinik dan mengurangi angka kematian pada unggas.

Pencegahan
Bioscurity yang ketat
Vaksinasi rutin pada peternakan yang sebelumnya pernah terjangkit penyakit kolera (Pasteurellosis). Pemberian vaksin dapat menggunakan vaksin Pasteurella multocida yang telah dilemahkan (galur CU; PM-1; PM9) sedangkan vaksin inaktif dapat digunakan untuk mencegah kawanan ayam.

 

Kesehatan unggas © 2011 Design by Drh. Gusti Made | Sponsored by Gusti Nyoman S.Kom