Kualitas Air Minum pada Ayam
Cara praktis untuk mengetahui kesadahan air minum dapat dilakukan dengan cara melarutkan detergen dalam air minum. Jika air minum sadah atau mengandung logam berat, seperti (Ca2+, Mg2+ dan Al3+) maka detergen yang ditambahkan dalam air minum tidak akan menimbulkan busa atau jumlah busa yang dihasilkan sedikit.
Teknis analisis praktis dengan memakai deterjen tersebut tidak bisa menujukkan tingkat kesadahan atau kadar logam berat dalam air minum. Untuk mengetahui tingkat kesadahan maka air minum tersebut hendaknya diuji melalui laboratorium. Medion memiliki fasilitas uji air minum untuk mengetahui kadar kesadahan suatu air minum.
Penggunaan air minum dengan tingkat kesadahan tinggi (> 180 ppm) akan mengakibatkan berkurangnya kelarutan beberapa sediaan obat, terutama yang mengandung fluoroquinolon atau tetrasiklin. Desinfektan dengan kandungan zat aktif berupa iodine dan quats daya kerjanya akan menurun saat dilarutkan dalam air minum yang sadah.
Air sungai, air ledeng (PDAM), air sumur maupun air sumur bor pada dasarnya bisa digunakan sebagai air minum ayam. Hanya saja dengan kondisi alam yang semakin rusak mengakibatkan kualitas air semakin menurun.
Pemanfaatan air sungai untuk keperluan air minum ayam relatif jarang dilakukan, mengingat saat ini kondisi sungai telah banyak tercemar, baik oleh kotoran manusia dan ternak, bahan kimia (deterjen dan pestisida), limbah industri maupun rumah tangga. Air ledeng (PDAM) juga bisa digunakan sebagai sumber air minum ayam. Hanya saja kita perlu pertimbangkan kembali mengenai biaya yang harus kita keluarkan. Selain itu, kualitas air PDAM juga perlu kita pertimbangkan mengingat instalasi saluran air dari PDAM seringkali telah terbentuk lapisan biofilm yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai bibit penyakit. Adanya biofilm ini akan menurunkan aktivitas desinfektan atau klorin saat proses sanitasi air minum.
Air sumur gali atau sumur bor (sumur artesis) menjadi sumber air minum yang paling banyak digunakan oleh peternak. Kualitas airnya relatif lebih stabil dan baik. Hanya saja pembuatan sumur perlu memperhatikan jarak sumur dengan tempat penampungan feses. Jika terlalu dekat (< 10 m) akan mengakibatkan air tersebut relatif mudah terkontaminasi Eschericia coli dan tercemar nitrat atau nitrit. Kedalam sumur juga perlu diperhatikan, sebaiknya sumur artesis memiliki kedalaman 50-60 m. Saat kita memakai air dari sumur galian atau bor alangkah lebih baiknya kita memiliki “water ground” sebagai tempat penampungan air sementara untuk mengendapkan partikel-partikel yang mencemari air tersebut.
Saat kita akan memutuskan untuk memilih sumber air minum hendaknya kita melakukan pengujian kualitas air minum melalui laboratorium. Kualitas air minum yang baik terkait dengan kondisi fisik, kimia maupun biologi.
Pengujian kualitas air minum sebaiknya dilakukan pada sumber air yang baru. Dan saat masa pergantian musim (masa pancaroba) hendaknya juga dilakukan pengujian kualitas air minum.
0 komentar:
Posting Komentar