Aspergillus

Histori dan Sumber Penyakit Aspergillus

Aspergillosis didefinisikan sebagai suatu kondisi penyakit/ infeksi yang disebabkan oleh sejenis jamur, yaitu Aspergillus. Pada berbagai diagnosis Aspergillosis dilapangan komposisinya hampir bisa diprediksikan A.fumigatus adalah yang terbanyak (60-70%) diikuti A.flavus dan A.niger. Meskipun kadang-kadang dijumpai pula species lain seperti A.nidulans, A.versicolor dan A.terreus. Keberadaannya sering dijumpai di tanah, material organik (bahan-bahan yang kaya unsur karbon – sampah, kompos, sekam dsb), berbagai biji-bijian seperti jagung, kacang-kacangan ataupun beras.
Kejadian penyakit ini tersebar diseluruh dunia tetapi kasusnya lebih sering didiagnosis di negara-negara tropis terutama pada saat cuaca panas dan lembab.
Perkembangan spora jamur sangat didukung dengan kondisi lingkungan, pada situasi dimana faktor-faktor lingkup disekitarnya banyak dijumpai material yang mendukung maka spora tsb. akan dengan mudah mengkontaminasi. Baik terbawa oleh angin kemudian terhirup oleh anak ayam ataupun mengkonsumsi pakan yang telah tercemar.
Aspergillosis di Hatchery

Pada lingkup hatchery, mempunyai prevalensi yang amat tinggi terhadap infeksi Aspergillosis. Meski secara umum spora jamur kita temukan baik pada fase breeder atau broiler, namun pemaparan yang terjadi sangat sering ditemukan pada proses inkubasi dan hatching. Berjuta-juta spora Aspergillus dapat ditemukan di udara, incubator dan pada saat doc dikeluarkan. Secara umum 14,000 hingga 190,000 spora jamur per gram dapat ditemukan pada hatching kabinet (pasca pull chick). Infeksi pada telur tetas tidak terjadi didalam oviduk tetapi merupakan kontaminasi setelah dikeluarkan.< br /> Para pakar perunggasan memberikan statemen bahwa tingkat prevalensi Aspergillosis itu 90% berasal dari hatchery. Kejadian masuknya jamur ke hatchery lebih sering terjadi pada hatching egg, setter, flat dan egg cases. Sangat jelas difahami bahwa peluang masuknya spora jamur di flok breeder, berlanjut semenjak hatching egg dikoleksi dan dibawa ke hatchery. Paling tidak 2 kali seminggu. Pada praktek dasar, kualitas telur, grading, transportasi dan penyimpanan juga memiliki peran dalam transmisi Aspergillus.

Mekanisme infeksi aspergillus dapat dijelaskan sebagai berikut : mucus (lender) yang mengisi lubang pori-pori kulit telur menjadi permeable (mudah berdifusi dengan air), spora jamur menyelusup melalui pori-pori dan mulai tumbuh serta berkembang di selaput telur yang akan membunuh embryo. Selanjutnya berkembang dalam putih telur. Waktu pengeraman sampai terjadinya penyakit diperkirakan 8-12 hari. Sedangkan dalam incubator, telur yang berembrio terinfeksi jamur pada 6 hari setelah tercemari oleh telur-telur retak yang berada disekitarnya. Angka mortalitas paling tinggi biasanya setelah 16 hari inkubasi.

Aspergillosis Akut pada Anak Ayam
Sangat umum jika kita menemukan doc terinfeksi segera setelah penetasan. Selama periode hatching, hatching cabinet dapat terkontaminasi berat dengan spora yang akan terhirup oleh doc yang baru menetas. Hal serupa bisa terjadi jika ada telur pecah. Atau juga sewaktu masih didalam box, alas dari serbuk gergajian, litter, sisa-sisa makanan. Temperatur doc masih rendah untuk melawannya disamping silia pada sistim pernafasannya juga belum berkembang.
Jika infeksi terjadi di hatchery maka gejala pernafasan dan pneumonia dapat ditemukan dalam waktu 48 jam. Jika hal ini dibiarkan maka angka mortalitas meningkat dalam waktu 1 minggu. Sedangkan anak ayam yang selamat menjadi lemah, lesu dan disarankan untuk diafkir.

Menunjukkan gejala Gasping pada anak ayam

Aspergillosis pada Ayam
Disamping faktor-faktor diatas yang menimbulkan kepekaan tubuh (predisposisi), ada predisposisi lain yang berperan dalam kejadian aspergillosis yaitu pemakaian obat antibiotik dan kortikosteroid, umur dan jenis unggas. Anak ayam broiler juga disinyalir jauh lebih peka dibandingkan ayam petelur.
Secara klinis ayam yang terinfeksi menunjukkan gejala kesulitan bernafas dan harus menjulurkan lehernya untuk mendapatkan oksigen yang cukup. Dari nekropsi memperlihatkan sekumpulan perkejuan jamur berwarna kuning pada trakea, kantong hawa dan paru-paru. Gejala gangguan sistim syaraf pusat terlihat jika jamur sudah mencapai aliran darah dan dipompakan ke otak. Ayam dengan gejala ini umumnya mengalami kesulitan berjalan. Sedangkan pada ayam yang terinfeksi secara subklinis tidak menunjukkan gejala, tetapi mengalami penurunan berat badan, peningkatan feed conversion, mengurangi reaksi vaksin, meningkatkan pengafkiran atau kombinasi dari masalah diatas.

Adanya nodul pada Pulmo yang terinfeksi Aspergillus

Diagnosis Penyakit
Sedangkan pada kasus dilapangan bisa dengan cara menemukan adanya lesi karakteristik (adanya nodul) dengan diameter 1-2 mm berwarna kuning sampai hijau pada paru-paru, kantong udara atau organ lainnya termasuk otak. Penetapan diagnosis dapat dilakukan dengan pembiakan menggunakan medium jamur seperti sabouraud dextrose agar (SDA). Atau juga dapat diuji secara mikroskopik menggunakan 20% larutan potassium hydroxide dan chlorallactophenol.

Telur yang terisi masa hypha & spora

Program Pencegahan
Treatmen kuratif kasus Aspergillosis pada hatchery akan sangat tidak efektif dan ekonomis, karena hasil yang didapatkan tidak mempunyai nilai yang berarti dibandingkan biaya yang dikeluarkan. Hanya ada satu cara untuk mengatasi kasus Aspergillosis yaitu tindakan preventif. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa Aspergillosis merupakan problem lingkungan oleh karena itu kita mencari solusi secara lingkungan. Maksudnya bahwa ketika ditemukan jumlah Aspergillus yang tinggi di hatcher, berarti seluruh lingkup hatchery terkontaminasi dan seluruh hatchery serta beberapa step sebelum di hatchery harus di dekontaminasikan. Oleh karena itu diperlukan suatu program desinfeksi yang tepat sasaran. Di Eropa hampir satu dekade ini telah membuat suatu program desinfeksi khusus untuk meng-counter kejadian aspergillosis di hatchery dengan menggunakan enilconazle. Zat aktif ini mempunyai efikasi broad spectrum antimycotic, termasuk dalam klas b-substituted 1-phenylimidazoles. Cara kerjanya adalah menghambat 14α-dernethylation yang merupakan step dalam biosintesis ergosterol. Dimana ergosterol ini mempunyai peran krusial sebagai membrane jamur dan spora, oleh karenanya enilconazoles bersifat fungicidal dan juga sporocidal.
Suatu program menyeluruh (whole program) yang dibuat untuk mendesinfeksi lingkungan mulai dari hatching egg hingga doc dengan aplikasi spray, nebulasi (pengkabutan), atomizer (spray seperti aerosol) atau smoke in volume (smoke generator):
- Litter breeder: 1 lt/ 50 1t larutan, dengan 1 lt RTU (larutan siap pakai) per 75 m² dispray pada liter 2 kali per bulan.
- Nest boxes: 1 1t/ 50 1t larutan, dengan 1 lt RTU per 75 m² dispray pada liter 2 kali per bulan.
- Telur di farm: 1 1t/ 100 1t larutan, dengan 1 lt RTU per 75 m² dispray atau atomise setiap minggu.
- Transportasi: 11t/ 100 1t larutan, dengan 1 lt RTU per 300 m³ nebulasi atau menggunakan 1 smoke generator per 50 m³ di dalam truk sebelum dikirim ke hatchery.
- Telur di hatchery: 1 1t/ 100 1t larutan, dengan 1 lt RTU per 300 m³ atomise atau 75 m² dispray setiap 3 minggu.
- Inkubator: 1 1t/ 100 1t larutan, dengan 1 lt RTU per 300 m³ atomise atau 75 m² dispray setiap sesudah loading atau kira-kira setiap 2 minggu tergantung hatchery.
- Hatcher: 1 1t/ 100 1t larutan, dengan 1 lt RTU per 300 m³ atomise atau 75 m² dispray bersama-sama dengan desinfektan lain, dua kali per minggu. Dan yang perlu diantisipasi lagi adalah 12 jam sebelum menetas gunakan 1 smoke generator per hatcher.
- Equipment di hatchery: 1 1t / 100 1t larutan, dengan 1 lt RTU per 300 m³ nebulasi atau 75 m² dispray bersama-sama dengan desinfektan lain:
Incubation room : 2 kali per minggu.
Hatching room : 2 kali per minggu.
Chick collection room, egg storage room, ventilation corridor, passages : 1 kali per minggu.
Equipment : tray setiap 3 minggu.